Ingin Jadi “JURNALIS”
Setelah duduk di bangku sekolahan selama 12 tahun, mulai dari SD
selama 6 tahun, SMP 3 Tahun dan SMK 3 Tahun. wowwww waktu yang cukup
lama, akhirnya pada tahun 2012 saya TAMAT SMK. Sebentar lagi aku akan
menjelajahi dunia kuliah yang kata orang-orang sih berbanding terbalik
dengan masa-masa Sekolah, katanya kalau kuliah udah bisa lebih santai
rambut panjang ga ada yang ngelarang. Hehehe itu kata orang yaa !
Waktu TAMAT SMK, saya memikirkan banyak Universitas yang akan aku daftari, tapi saya udah punya cita-cita baru lagi, yaitu ingin jadi “JURNALIS” pekerjaan yang mengasyikan, santai, tapi membutuhkan tanggung jawab yang besar. Kata guruku, kalau mau memilih jurusan, pilihlah dari kemauan sendiri dan bakat yang ada pada diri anda. dan saya rasa saya punya bakat di JURNALIS . J tapi waktu itu saya belum tahu, kalau jadi jurnalis itu jurusan apa ya ?. biasanya saya cuman lihat di TV, ada wartawan, ada reporter tapi yaa ga tau dulu kuliah jurusan apa. L waktu itu saya semakin pusing, karena orang tuaku berbeda pilihan denganku, orang tuaku dukung aku jadi seorang analis kesehatan, ahli ekonomi, farmasi. Semua terikat dengan matematika, padahal saya paling kosong di matematika. Walupun jurusannya bagus, tapi kalau tidak ada keinginan, sama saja dengan bohong. Bukannya jadi orang pintar,sukses, malah nantinya ga sanggup lanjutin kuliah.
Setelah berpikir selama 2x 24 jam. Heheh akhirnya mereka pun memberikan kepercayaan kepadaku untuk memilih dimana saya akan menjatuhkan pilihan. Waktu itu itu saya terus mencari info tentang jurnalis, dan aku dapatlah 1 jurusan yaitu ILMU KOMUNIKASI . J perasaanku legah karena udah mendapat sedikit informasi tentang keinginannku itu. J tapi tidak sampai di situ, kembali aku berfikir. Di Universitas mana yang saya harus pilih ? 2 hari beselang saya dapat jawabannya, saya menetapkan pilihan di Universitas Islam Alauddin Makassar, saya memilih UIN Alauddin karena saya pikir sekarang banyak sekali korupsi di Indonesia, salah satu penyebabnya karena kurangnya pengetahuan agama yang mereka miliki, sehingga imannya mudah tergoyah oleh rayuan setan. dan saya tidak ingin terjerumus kedalamnya. dan saya yakin kalau ILMU KOMUNIKASI UIN/STAIN/IAIN berbeda dengan ILMU KOMUNIKASI yang bukan UIN/STAIN/IAN, disini saya pasti belajar tentang duniawi, tentang apa yang saya inginkan dan di imbangi dengan pelajaran keagamaan yang akan menuntunku menjadi generasi yang menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran. J
Hari 19 juni 2012 saya ujian tes masuk perguruan tinggi agama islam negeri di uin alauddin Makassar yang bertempat di kampus 2 samata Gowa. Hujan yang deras di pagi itu membuat langkahku berhenti sejenak, sedangkan tes di mulai jam 8.00. sekitar 15 menit saya menunggu, ahirnya hujan pun sedikit demi sedikit redah. Tanpa menunggu waktu lama saya pun langsung berangkat bersama teman skaligus om saya, namanya fikar. saya pun berangkat, sekitar 30 menit perjalanan sampailah saya di kampus tempat saya di tes. Sialnya, waktu itu kartu tes saya belum di tanda tangani oleh panitia, padahal saya sudah ada di dalam ruangan tes dan bersiap untuk ujian. Tim pengawas ujian pun menyuruh saya untuk ke gedung rektorat tepatnya di ruang akademik. Waktu itu saya pusing banget, hari itu hari pertama kali saya masuk kampus itu, jadi yaa mana saya tahu gedung rektorat dimana, ruang akademik dimana. Malah fikar udah pulang duluan. Tapi aku kira saya sdikit beruntung waktu itu, karena ruang ujian saya dekat dengan gedung rektorat. saya berjalan, berjalan dan terus berjalan dan ahirnya berdirilah saya di depan gedung yang besar yang di depannya tertulis gedung rektorat. J saya tersenyum mengucapkan Alhamdulillah ahirnya dapat juga yang saya cari. saya masuk ruangan waktu itu lalu bertanya kepada security di dalamnya dan saya di tunjukkan pada 1 ruangan yang katanya sih ruang akademik. Kemudian saya masuk di lalu bertemu dengan pegawai yang ada dalam ruangan itu dan kartu tes saya pun di ambil. emmmm tapi tidak sampai di situ, sampai di dalam ruangan akademik, saya malah di suruh kembali ke ruangan ujian. L Kata pegawai di ruang akademik itu “maaf dek, sebentar panitia yang keruangan masing-masing untuk tanda tangani kartu tesnya”. Waduhhhhh waktu itu saya tidak tahu mau bicara apa, tapi ini pengalaman berharga buat saya. Gara-gara kejadian ini saya jadi tahu gedung rektorat dan ruang akademik UIN ALAUDDIN MAKASSAR.
Waktu TAMAT SMK, saya memikirkan banyak Universitas yang akan aku daftari, tapi saya udah punya cita-cita baru lagi, yaitu ingin jadi “JURNALIS” pekerjaan yang mengasyikan, santai, tapi membutuhkan tanggung jawab yang besar. Kata guruku, kalau mau memilih jurusan, pilihlah dari kemauan sendiri dan bakat yang ada pada diri anda. dan saya rasa saya punya bakat di JURNALIS . J tapi waktu itu saya belum tahu, kalau jadi jurnalis itu jurusan apa ya ?. biasanya saya cuman lihat di TV, ada wartawan, ada reporter tapi yaa ga tau dulu kuliah jurusan apa. L waktu itu saya semakin pusing, karena orang tuaku berbeda pilihan denganku, orang tuaku dukung aku jadi seorang analis kesehatan, ahli ekonomi, farmasi. Semua terikat dengan matematika, padahal saya paling kosong di matematika. Walupun jurusannya bagus, tapi kalau tidak ada keinginan, sama saja dengan bohong. Bukannya jadi orang pintar,sukses, malah nantinya ga sanggup lanjutin kuliah.
Setelah berpikir selama 2x 24 jam. Heheh akhirnya mereka pun memberikan kepercayaan kepadaku untuk memilih dimana saya akan menjatuhkan pilihan. Waktu itu itu saya terus mencari info tentang jurnalis, dan aku dapatlah 1 jurusan yaitu ILMU KOMUNIKASI . J perasaanku legah karena udah mendapat sedikit informasi tentang keinginannku itu. J tapi tidak sampai di situ, kembali aku berfikir. Di Universitas mana yang saya harus pilih ? 2 hari beselang saya dapat jawabannya, saya menetapkan pilihan di Universitas Islam Alauddin Makassar, saya memilih UIN Alauddin karena saya pikir sekarang banyak sekali korupsi di Indonesia, salah satu penyebabnya karena kurangnya pengetahuan agama yang mereka miliki, sehingga imannya mudah tergoyah oleh rayuan setan. dan saya tidak ingin terjerumus kedalamnya. dan saya yakin kalau ILMU KOMUNIKASI UIN/STAIN/IAIN berbeda dengan ILMU KOMUNIKASI yang bukan UIN/STAIN/IAN, disini saya pasti belajar tentang duniawi, tentang apa yang saya inginkan dan di imbangi dengan pelajaran keagamaan yang akan menuntunku menjadi generasi yang menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran. J
Hari 19 juni 2012 saya ujian tes masuk perguruan tinggi agama islam negeri di uin alauddin Makassar yang bertempat di kampus 2 samata Gowa. Hujan yang deras di pagi itu membuat langkahku berhenti sejenak, sedangkan tes di mulai jam 8.00. sekitar 15 menit saya menunggu, ahirnya hujan pun sedikit demi sedikit redah. Tanpa menunggu waktu lama saya pun langsung berangkat bersama teman skaligus om saya, namanya fikar. saya pun berangkat, sekitar 30 menit perjalanan sampailah saya di kampus tempat saya di tes. Sialnya, waktu itu kartu tes saya belum di tanda tangani oleh panitia, padahal saya sudah ada di dalam ruangan tes dan bersiap untuk ujian. Tim pengawas ujian pun menyuruh saya untuk ke gedung rektorat tepatnya di ruang akademik. Waktu itu saya pusing banget, hari itu hari pertama kali saya masuk kampus itu, jadi yaa mana saya tahu gedung rektorat dimana, ruang akademik dimana. Malah fikar udah pulang duluan. Tapi aku kira saya sdikit beruntung waktu itu, karena ruang ujian saya dekat dengan gedung rektorat. saya berjalan, berjalan dan terus berjalan dan ahirnya berdirilah saya di depan gedung yang besar yang di depannya tertulis gedung rektorat. J saya tersenyum mengucapkan Alhamdulillah ahirnya dapat juga yang saya cari. saya masuk ruangan waktu itu lalu bertanya kepada security di dalamnya dan saya di tunjukkan pada 1 ruangan yang katanya sih ruang akademik. Kemudian saya masuk di lalu bertemu dengan pegawai yang ada dalam ruangan itu dan kartu tes saya pun di ambil. emmmm tapi tidak sampai di situ, sampai di dalam ruangan akademik, saya malah di suruh kembali ke ruangan ujian. L Kata pegawai di ruang akademik itu “maaf dek, sebentar panitia yang keruangan masing-masing untuk tanda tangani kartu tesnya”. Waduhhhhh waktu itu saya tidak tahu mau bicara apa, tapi ini pengalaman berharga buat saya. Gara-gara kejadian ini saya jadi tahu gedung rektorat dan ruang akademik UIN ALAUDDIN MAKASSAR.

Tidak ada komentar